SC Office : Jln.Pampang I, No.23C, Makassar - Sulawesi Selatan. Mobile : 081341640799. FB : Sulawesi Channel. Email : sulawesichannelnews@yahoo.co.id.

Rabu, 22 Juni 2011

BINTANG : PERUBAHAN Jual Nasi Sambil Fasilitasi Kelompok

Nanang Ikrani adalah seorang ibu yang usia 25-an tahun dengan anak dua orang. Sehari-hari bergelut dengan demi pemenuhan ekonomi keluarga, dengan menghidupi 3 orang anggota keluarganya, yaitu dua orang anaknya dan seorang adiknya.

Kehidupan Nanang terasa sangat berat, apalagi untuk kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya. “Saya membesarkan anak-anakku tanpa suami, dimana suamiku meninggalkan saya sejak delapan tahun yang lalu,” katanya sambil mengenang masa lalu.

 Untungnya Nanang mendapatkan sokongan dari program Dinas Sosial melalui program keluarga harapan (PKH). Dalam PKH ini Ibu dua orang anak ini akhirnya lambat-laun kebutuhan ekonomi keluarga secara berlahan mulai teratasi, meski tidak secara keseluruhan.

Ditengah jeratan ekonomi keluarga, Janda muda ini juga mulai melirik kegiatan-kegiatan sosial di desanya, pada awalnya ia ikut program PKH atas nama orang tuanya, karena orang tuanya sudah meninggal, maka ia menjadi ahli waris dari bantuan Depsos tersebut, apalagi memang Ibu Nanang juga memenuhi syarat sebagai dana penerima bantuan.

Berangkat dari pengalaman itu, maka Ibu Nanang juga mulai aktive di kegiatan-kegiatan desa, misalnya ia sudah berani bicara, termasuk berani bicara dengan Kades Julubori sebagai pemegang mandat tertinggi pemerintahan di desa itu.

“Jadi setiap pertemuan desa, saya sudah mulai dilibatkan, tapi memang awal-awalnya saya juga gugup bicara. Awalnya hanya ikut saja, tapi lama-kelamaan, akhirnya saya sudah bisa sedikit bicara, dan sekarang malah saya sudah bisa memberikan masukan-masukan kepada Pak Desa secara langsung,” urainya.

Hal ini terjadi pada bulan Desember 2010, dan terus mengawal pembangunan desa bersama dengan perempuan desa lainnya. Dari situ kemudian, Nanang dipercaya sebagai Ketua Kelompok I Borong Bilalang dalam Program Keluarga Harapan.

Karena posisinya sebagai ketua kelompok, maka setiap rencana-rencana pembangunan desa, sudah aktiv terlibat, diskusi, dan bersama-sama mengambil keputusan bersama.

Jadi keaktifan dirinya, juga pertanda bahwa kesadaran perempuan di dusunnya juga telah berpartisipasi dalam pembangunan secara aktive, utamanya pengurus kelompoknya aktive mengikuti pertemuan dan kegiatan-kegiatan sosial di Desa Julubori.

Menurut Nanang, bukan hal mudah untuk melakukan semua itu, karena sebagai single parent, disamping memenuhi kebutuhan keluarga dimana dia menjadi kepala keluarga, juga terus bekerja bersama-sama masyarakatnya, termasuk kelompoknya.

Meski begitu, dia mengalami hambatan-hambatan dalam mempercepat partisipasi perempuan, karena menurutnya perempuan Dusun Bilalang membutuhkan tenaga pengajar yang dapat mendidik perempuan-perempuan Desa Julubori dari berbagai aspek, termasuk soal tenaga ahli dalam peternakan unggas, misalnya peternakan itik dan ayam kampung. “Ternak ayam potong disini tidak dapat dikelola secara berkelompok oleh masyarakat, tapi kalau ternak itik atau ayam untuk setiap kepala keluarga maka sangat cocok,” katanya.

Di balik kesukesan Nanang didalam mengawal kelompok dan masyarakat Desa Julubori, yaitu Musabir dari petugas Dinas Sosial dengan progam keluarga,Dg Bollo (tokoh perempuan), Kades Julubori, dan lainnya.

Dengan kegiatan-kegiatan sosial ini, maka saya banyak mengalami perubahan, tak terkecuali perubahan ekonomi. Tetapi meski demikian ekonomi keluarga harus menjadi prioritas utama dengan terus berjualan di emperan toko, dari situ memang pembelinya terkadang tidak menentu, tetapi itu sudah dapat sedikit demi sedikit meringankan keluarga, karena uang transport anak-anaknya yang sekolah dapat teratasi.

Jadi hikmahnya, karena terlibat didalam mengurus kegiatan-kegiatan di desa, maka waktunya kami atur, sehingga jualan juga tetap berjalan. Itulah gambaran, bagi perempuan-perempuan yang terus bergelut dengan lilitan ekonomi keluarga tapi tak pernah terlepas dari proses pembangunan di desa. (sultan darampa)

Senin, 20 Juni 2011

BINTANG PERUBAHAN : Beban Ganda

SAYA adalah salah seorang perempuan (30 tahun) tinggal di Desa Julubori Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa – Sulawesi Selatan. Sehari-hari saya bekerja serabutan, kadang bekerja membantu di sawah, kadang membantu program desa dari kepala desa, tak lupa juga harus mengurus rumah tangga. Semuanya saya lakukan demi menghidupi kedua anakku yang setelah sekian tahun ditinggal oleh bapaknya. “Suamiku meninggalkan saya dan kedua anakku tanpa penjelasan yang masuk akal,” katanya menutupi kesedihan hatinya.

Menurutnya, salah satu alasan suaminya minggat, karena perempuan umur 30-an tahun yang pernah mengecap pendidikan di Universitas Hasanuddin meski tidak menyelesaikan studinya, adalah karena saya juga mau active seperti dengan beberapa perempuan desa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan desa, apalagi saya pernah menuntut ilmu di perguruan tinggi.

Tetapi niatnya untuk ikut membawa perubahan di desanya, selalu terhalang oleh suaminya. “Kenapa kamu repot-repot mau kerja, mau active di kantor desa, atau apalagi kalau ada kegiatan di kantor desa, cukup kami jadi ibu rumah tangga saja, apa yang kurang, mau makan silahkan makan,” kata sang suami seperti yang ditirukan ole Ros.

Jawaban sang suami memang sangat efektive, sehingga Ros, tidak pernah lagi aktiv pada kegiatan-kegiatan sosial, malah berkumpul dengan bekas teman-temannya yang juga active sebagai ibu-ibu “aktivis” di desanya juga tidak diizinkan. “Tetapi saya rasa bukan karena factor itu suami saya meninggalkan keluarga ini, karena permintaannya untuk tidak bekerja sudah terpenuhi. Dan tanpa saya ketahui sebab-sebabnya, tiba-tiba menghilang dengan meninggalkan tanggungjawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga dimana anak-anaknya yang masih kecil-kecil membutuhkan biaya hidup,” kenang Ros.

Karena saya merasa tidak mendapat perlakuan adil karena meninggalkan saya dan keluarganya tanpa ada penjelasan, yang kemudian sekitar setahun baru saya tahu bahwa ternyata ia sudah kawin lagi di tempat lain, akhirnya saya mengambil inisiative seperti cita-cita semula. “Saya sudah mulai active lagi pada kegiata-kegiatan sosial, seperti menjadi KPM, dan saya senang disitu, karena selain mendapat teman, juga saya merasa bahwa nasib “jelek” saya tidak sia-sia, karena banyak teman-teman KPM, utamanya di desa lain, menjadi sahabat-sahabat.

“Suatu hari nanti, saya tetap bertekad untuk terus berjuang, minimal ingin mengatakan, utamanya dalam Desa Julubori, bahwa orang seperti saya, janda, masih bisa berbuat banyak, selain bisa menghidupi keluarga dengan 2 orang anak, juga masih sempat membantu orang lain, masih sempat berdiskusi dengan apart desa tentang apa-apa yang akan dilakukan, tentang rencana-rencana apa bisa dilakukan untuk membuat perubahan di desa.

Saat ini, setelah mengikuti beberapa kali training, saya juga dapat menfasilitasi pertemuan-pertemuan, FGD, atau rapat-rapat di kantor desa, termasuk menfasilitasi sensus rumah per-rumah di dalam Desa Julubori. “Saya juga kaget dapat melakukan semua ini, saya tidak pernah membayakan akan seperti ini jadinya, apalagi secara mental saya terpuruk, dan sempat sidrom atas kasus menimpah keluarga saya. Tetapi setelah menjalani semua ini, ternyata saya bisa menjalani dengan baik, tanpa ada dampak-dampak negative terhadap terhadap psikologi saya, termasuk keluarga saya dan anak-anak saya,” katanya sembari tersenyum.

Ros memang terkenal ulet dimata teman-temannya sesama KPM, atau sesama kaum ibu-ibu di Desa Julubori. Menurutnya, dukungan yang paling terasa adalah nama besar keluarga, nama baik orang tua dan nenek moyang, sehingga apa yang dilakukannya saat ini, secara sosial di masyarakat adalah factor pendorong yang paling kuat.

Sekedar diketahui bahwa Desa Julubori, apalagi dibawa kendali kepala desanya, Muhammad Ansar, percepatan pembangunan di segala bidang sangat terasa. Beberapa program yang telah masuk di desa ini antara lain :
1.Rehab dan pembangunan jalan-jalan di dalam Desa Julubori, termasuk jalan-jalan tani, sudah diaspal dan di-papinblok.
2.Tempat-tempat layanan umum, Pustu dan rumah-rumah ibadah juga telah mengalami rehabilitas dan pembangunan.
3.Secara swadaya, Desa Julubori membeli Mobil Kijang untuk layanan cepat bagi warganya yang membutuhkan pertolongan. Mobil ini dinamai, Mobil P3K, khusus untuk mobil angkutan bagi warga sakit untuk diantar ke puskesmas, atau ke rumah sakit. Juga mobil difungsikan dalam mobilitas tinggi, seperti keperluan bagi warga yang membutuhkan trnasportasi ke kabupaten lain.
4.    Banyak program yang masuk disini, utamanya PNPM, IPP, P2TP, serta sejumlah proyek-proyek dadakan lainnya.

Nah, didalam mendorong percepatan pembangunan, termasuk pemangunan fisik, sosial keagamaan, maka salah satu andalannya pemerintah desa adalah kader-kader pemberdayaan (KPM), utamanya bagi KPM yang telah mendapat penguatan kapasitas dari kemitraan Yayasan WaKIL – ACCESS ini.

“Secara pribadi, saya rasakan besar sekali manfaat dari pelatihan-pelatihan ini, karena selain ilmunya, juga yang utama pengetahuan itu dapat diterapkan langsung di desa-desa, malah ada kepala desa lain menawarkan diri untuk kami bantu, tetapi memang kami tidak jawab bersedia atau tidak, karena itu kewenangan Kepala Desa Julubori,” tandas Ros mengakhiri ceritanya. (sultan)