SC Office : Jln.Pampang I, No.23C, Makassar - Sulawesi Selatan. Mobile : 081341640799. FB : Sulawesi Channel. Email : sulawesichannelnews@yahoo.co.id.

Rabu, 21 April 2010

Tongkonan Tallu Lolona = Pusdiklat Petani Dataran Tinggi

Rantetayo, (KBSC).
Tallo lolona adalah filosofi orang Toraja dalam memandang ekosistim sumberdaya alam yaitu  hubungan antara manusia, tumbuhan dan hewan yang saling kait mengait dan hidup menghidupi diatas Bumi.

"Tongkonan adalah Rumah adat tempat musyawarah adat atau pusat kegiatan masyarakat.
Salah satu sasaran pengembangan pembangunan tongkonan tallu lolona  tersebut adalah menjadi
Media Pembelajaran Petani  pedesaan  dalam bentuk Pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan Pedesaan) agar dapat dihasilkan petani dan kader penggerak masyarakat yang tangguh dan produktif," demikian diungkapkan tokoh masyarakat adat Toraja, Laso Sombolinggi, ketika ditemui wartawan Kantor Berita Sulawesi Channel, 20 April di Rantetayo.

Menurutnya, disamping itu bangunan Tallu Lolona akan merupakan media pembelajaran para pemuda adat yang tertarik pada penggalian kembali adat dan budaya Toraja yang hampir punah.

Pada awalnya sekitar tahun 1989 lokasi pembangunan Tongkonan Tallu Lolona adalah lokasi yang sangat gersang dan kritis yang dipilih Walda untuk dijadikan lokasi demplot Pa’lak To’banua/mix garden yang pelaksana kegiatannya adalah semua kelompok perempuan, karena areal demplot maka diskusi kelompok dan musyawarah kampong sering diadakan dengan menggunakan tenda-tenda darurat dan akhirnya pada tahun 2005 oleh tem survey lokasi untuk musyawarah adat sulsel didirikanlah tenda dengan bahan baku semua dari bamboo sebagai gedung pertemuan. 

Penanggungjawab Pusdiklat Petani Dataran Tinggi, Yosni Pakendek menambahkan, tahun 2006 AIPP ( Asian Indigenous People Pact ) merenovasi untuk tempat pertemuan masyarakat adat asia. Tahun 2007 dengan swadaya Yayasan Walda sedikit demi sedikit dibenahi karena sudah menjadi tempat favorit baik oleh pemerintah local maupun komunitas LSM dan masyarakat. Tahun 2009, tempat tersebut terakhir digunakan untuk Pelatihan COT ( Community Organizing Training ) bagi pemuda adat selamat periode 1 tahun dengan Alumni 32.

Atas dasar pengalaman tersebut diatas maka beberapa kelompok masyarakat mengusulkan melalui WALDA gagasan pembagunan pusat pelatihan pedesaan.

Proyek ini akan membangun sebuah kompleks Serba Guna  yang diberi nama Tongkonan Tallu Lolona, yang akan berfungsi sebagai berikut Balai pertemuan masyarakat adat  antara Para To Minaa,  pakar adat budaya Toraja dengan generasi muda dalam menggali kembali adat budaya Toraja yang hampir punah.

Sarana pendukung untuk pelatihan Petani dan pemuda adat dalam bentuk sarana dokumentasi agar peserta baik petani maupun peserta lainnya dapat mengerti dan mengikuti dengan intensif keseluruhan materi  yang diprogramkan.

Setiap pertemuan dan pelatihan yang memanfaatkan Balai tersebut seluruh proses akan didokumentasi sehingga balai tersebut dapat berfungsi sebagai bank data.

Yang penting  diperlukan fasilitas tempat menginap, tempat berdiskusi agar tercipta kenyamanan selama mengikuti pelatihan sama seperti di rumah Tongkonan.

Melalui pelatihan maupun lokakarya dibalai ini  diharapkan tercipta kader yang terampil yang dapat melaksanakan ilmu  dan ketrampilan yang diperoleh secara langsung dimasyarakat dan dirinya sendiri.Proyek ini akan menerima semua anggota atau kelompok dari seluruh Tana Toraja yang berminat.

Dalam Cultuur Toraja dan Peran Perempuan dalam bidang pertanian ada dua tingkatan, dalam rumah tangga peran dan beban perempuan adalah ternak babi dan kebun pekarangan (Palak To Banua).

Dalam komunitas peran perempuan adalah logistic ,penanaman dan pemeliharaan sedangkan pengolahan dipihak laki .Keputusan diambil berdasarkan  musyawarah melalui kombongan di rumah tongkonan dengan istilah keputusan bersama, kasiturusan (gender Toraja).

Selama pelatihan kesetaraan Gender merupakan salah acuan dalam pelaksanaan pelatihan maupun dalam pelayanan  selama pelatihan.

Walda akan menyiapkan fasilitator dan pelatih tehnis yang berpengalaman yang dapat melayani kebutuhan petani yang memiliki latar belakang permasalahan yang bervariasi. (s.darampa)

Demplot Pertanian Dataran Tinggi

Rantetayo, KBSC)
Para aktivis Wahana Lestari Persada (Walda) Toraja dan anggota kelompok tani Asran Rantetayo membuat demplot pertanian dataran tinggi. Demplot ini menguji coba hasil-hasil belajar petani dari Kabupaten Pinrang, pada lahan seluas 2 hektar, di Lembang Madandan.

Penanggungjawab Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Terpadu Dataran Tinggi, Yosni Pakendek mengatakan, dengan modal sendiri, pihaknya membuat demplot untuk uji coba beberapa varietas padi non hibridah.

Tujuannya varietas non hibridah ini adalah agar bibitnya nanti dapat dikembangkan, dan sudah dapat beradaptasi dengan iklim dan cuaca dataran tinggi.

"Kegagalan pertanian lahan basah di Toraja yang mengakibatkan rata-rata petani merugi atau devisif 30 persen dari kost produksi, disebabkan karena faktor-faktor iklim dimana bibit yang biasanya bagus tapi ketika dipindahkan ke dataran tinggi, maka hasilnya kurang produktif," kata Yosni.

Kedepan, lanjut Yosni, dengan investasi semangat dan pengetahuan hasil silang belajar para petani, maka Toraja akan memiliki pusat fasilitasi pelatihan bagi petani, sehingga jika ada varietas yang ingin dikembangkan di dataran tinggi ini, maka pusat uji coba atau laboratoriumnya sudah ada.

"Lokasi demplot sudah menyiapkan beberapa varietas yang akan diujicoba, silahkan kawan-kawan petani datang melihat, datang belajar, kemudian dapat berdiskusi, dan membuat rumusan sebagai tindak lanjut," katanya.

Harus dipahami, demikian Yosni, bahwa petani saat kini tidak hanya pintar menanam, dan menyiangi tanaman mereka, tetapi mereka juga mengetahui apa dampak dari sistem kinerja yang selama ini mereka lakukan, bagaimana hasil produksi tahun-tahun sebelumnya, apa kendala, bagaimana solusinya, semuanya ini sudah dapat dijawab oleh petani sendiri. (s.darampa)

Pantan Toraja Hotel Gelar Paskah


Makale, (KBSC)
Manajemen Pantan Toraja Hotel (eks Hotel Marannu) Kota Makale, Kabupaten Toraja menggelar perayaan Paskah Oikumene, mulai sore hingga malam tanggal 20 April 2010, kemarin.

Proses perayaan dimulai persiapan dengan pagelaran lagu-lagu rohani, dilanjutkan pembukaan Ma'parapa' oleh Sam Barumbun / Luther Balalembang.

Pelaksanaan ibadah diawali menyanyi S'gala Puji Syukur, lalu doa, dan padua suara oleh Gereja Toraja Jemaat Pantan, dan UKI Toraja, Refleksi Paskah.

Paduan suara oleh Team Maranatha, menyanyi Besarkan Nama Tuhan, pembacaan Alkitab, paduan suara oleh Gereja Toraja Jemaat Buisun, VG.PPGT Jemaat Tongko Sanggalla', lalu menyanyi Kurindu SabdaMu.

Khotbah Paskah oleh Pdt.Samuel Allo Linggi', STh., M.Si., doa persembahan, paduan suara Gereja Khatolik Paroki Makale, dan Gereja Toraja Jemaat Mangasa',

Menyanyi (persemabahan) Hai Bangkit Bagi Yesus, doa syafaat, padua suara oleh Team Maratha, GPDI, Trio Tiga Dimensi, menyanyi Indonesia Penuh Kemulian, dan doa, lalu istirahat.

Pada sesi istirahat ini diisi salam dan pesan-pesan Paskah oleh Jansen Tanketasik, pasangan bakal calon Yunus - Jansen Bupati dan Wakil Bupati Toraja mendatang.

Pentas lagu-lagu rohani oleh Gasing Singers, Artis Cilada, Door Price / Game, kembang api, dan diakhir ceremony penutupan. (s.darampa)