SC Office : Jln.Pampang I, No.23C, Makassar - Sulawesi Selatan. Mobile : 081341640799. FB : Sulawesi Channel. Email : sulawesichannelnews@yahoo.co.id.

Kamis, 05 Mei 2011

Obor Keilmuan Kakanwil Depag Sultra (2)

Makassar, (KBSC)
Hidup ini adalah sama dengan sejarah pribadi, misalnya pekerjaan itu tidak perlu pilih-pilih asal halal. Jadi disamping jual ikan, juga gembala sapi, itu dimulai sejak SR (sekolah rakyat), pagi-pagi bawa sapi ke rumput setelah subuh, atau menggiring sapi sambil menuju sekolah. Nah, di tengah-tengah jam istirahat, saya manfaatkan waktu untuk menggiring sapi ke sungai atau kali guna memberi minum, apalagi kalau sudah tengah hari, selesai setelah diikat di padang rumput, lalu kembali lagi ke sekolah.
Waktu di PGA, jumlah siswa-siswi kurang lebih 40-an orang, anak didik, dan dahsyat lagi, karena yang hanya berhasil menyelesaikan ijazah PGA-nya hanya 4 orang untuk lanjut kuliah.

Jadi dalam bekerja motto saya cukup sederhana. Asal saya bisa dapat pekerjaan, saya terus bekerja, dan akibatnya, saya tidak pernah bayangkan hasilnya seperti sekarang ini. Apalagi waktu, kebanggaan betul bagi saya, karena belum ada orang Tolaki yang jadi pejabat di Depag, baru saya kemudian.

Apalagi waktu yang jadi kepala kantor atau Kandepag biasanya hanya satu atau dua orang saja, misalnya H. Muh. Samir dan H. Duman Badaru, selebihnya tidak ada, belum ada penjabat kepala bidang, jadi pejabat waktu tidak ada stafnya .

Tapi sebelum jadi Kakanwil Depag, saya awalnya jadi guru dulu, itu selama 3 tahun. Kemudian, jadi wakil kepala sekolah pada tahun 1968-1989. Tahun 1990, jadi Kepala Mts 1 Kendari, sampai tahun 1998. Tahun 1999, jadi kepala sekolah Mts 2, selama setahun, karena tahun 2000 diangkat menjadi kepala seksi perguruan dengan golongan IV/A di Kandepag sampai 2002. Tahun 2002, masih di Kanwil Depag, diangkat menjadi Kabag TU sampai 2005. Puncaknya, pada 14 November 2005 dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara waktu, Ali Mazi SH, sebagai Kakanwil Depag Propinsi Sultra, sampai sekarang.

Sebagai Kakanwil, saya memprioritaskan agar 529 kepala madrasah di Sulawesi Tenggara sudah berpendidikan master atau S2, karena sebelmunay, yakni tahun 2009, sudah 350 kepala madrasah atau guru, atau pengawas sementara menjalani kuliah S2. Pada Tahun 2013 nantinya, maka semua Kandepag lulusan doktor, S3. Tujuannya, agar lembaga-lembaga pendidikan semakin kredibel. (anno-nining)

Obor Keilmuan Kakanwil Depag Sultra

Makassar, (KBSC)
“Saya asli Tolaki, lahir di Labibia, kurang lebih jaraknya 3 kilometer menuju tempa wisata Batu Gong, Konawe. Saya sekolah SD 62 di Sekolah Rakyat Wawombalata. Sekolah SMP Muhammadiyah di Mandonga. Tahun 1969 -1972 mengikuti Pendidikan Guru Agama, lalu Lanjut Pendidikan Guru Agama selama 6 tahun sampai tamat tahun 1974. Lalu kuliah di IAIN di Tipulu pada tahun tahun 1975,” itulah komentar pengantar Kakanwil Depag Propinsi Sultra, H.Abdul Muis, ketika mengawali wawancarai.

Berikut cerita tutur H.Abd.Muisketika mengenang perjalanan hidupnya sampai saat ini, sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Tenggara.

Dulu saya sekolah di Sekolah Dasar Muhammadiyah yang terdekat hanya 3 kilometer jalan kaki. Jadi, sejak SD kelas 3, tahun 65-an, sudah membantu orang tua jual ikan, dan pikul ikan dari Erpaka Batu Gong sampai Bundaran Mandonga, dan di pasar tradisional itulah kemudian dijual. Kalau lagi kurang pembeli, ya sewaktu-waktu dipikul lagi ke Abeli sawah, malah terkadang siang atau malam.

Tapi, sewaktu di PGA, saya masuk 4 hari belajar, terhitung 2 hari bolos, kalau tidak, saya tidak bisa sekolah, jadi hari bolos itu untuk kerja. Kenapa, karena saya 6 bersaudara, Sekolah PGA Wawombalata, kurang lebih 12 kilometer jalan, dan itu harus terjadi tiap hari. Jadi kalau tidak mau terlambat, terpaksa harus star dari rumah ketika masih dini hari, atau paling lambat jam 04 subuh.

Karena keadaan kampung gelap gulita, belum ada listrik, daripada takut terjatuh atau tergelincir yang membuat pakaian pada kotor, jadi ketika siap-siap bukan hanya alat-alat belajar yang disiapkan, tapi juga harus siap payung, (biasanya payungnya kadang daun pisang atau daun jatih), takutnya kehujanan. Juga yang tak kalah penting adalah pakai obor, apalagi sepanjang perjalanan, kiri-kanan jalan gelap gulita, dan setelah melalui jalan sepanjang 12 kilometer itu, maka saya tiba di sekolah kira-kira jam 07 pagi. Begitu pula ketika pulang, tiba di rumah paling cepat jam 04 sore.

Tahun 1974-1975 menjelang tamat sekolah guru, ada bus “Hanura”. Sewaktu-waktu bisa naik bus bila ada uang, tapi itu jarang sekali terjadi, karena sangat diirit. Bus itu pun harus antrian, karena bus hanya satu buah, jadi kadang uang tapi tidak muat, kelebihan penumpang. Kalau begitu ya, terkadang juga terpaksa menunggu truk, (yang khusus dinaiki pegawai), kadang kita di toki. Tapi yang lebih umum adalah jalan kaki lagi sepotong perjalanan.

1979 selesai sarjana muda. Selama kuliah tetap menjual ikan, tapi karena kita sudah mahasiswa hanya sewaktu-waktu. Nanti tahun 1975 mulai kenal dengan seorang gadis, tak lama kenal, akhirnya tahun 1978 menikah di Kabaena, Bombana. Tahun 1978, setelah menikah, sang istri terangkat jadi guru MIN di Kota Kendari. Lalu 1979 selesai, lalu lanjut honorer di IAIN di Tipulu, Sampai 1981 jadi guru MTS 2 Kendari. (nining-bersambung)