Sejak dahulu kala, kesutanan Buton memang sudah terkenal dimana-mana, kebudayaannya yang tinggi masih terlihat hingga saat ini. Salah satu bukti peninggalan kebudayaan Buton yang masih ada hingga saat ini adalah naskah-naskah kuno.
Naskah-naskah kuno tersebut masih tersimpan di dalam keraton Buton yang dijaga oleh keturunan kesultanan Buton secara turun temurun. Akan tetapi dalam perjalanannya ada juga naskah kuno yang hilang tanpa diketahui keberadaannya.
Dalam naskah kuno tersebut berbagai infrormasi mengenai kebesaran dan kejayaan kesultanan Buton pada masa lampau seperti, hukum adat, kebudayaan, pemerintahan, tokoh-tokoh intelektual, hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia ,sejarah Buton dimasa lampau termasuk berbagai aspek kehidupan lainnya yang terekam dalam naskah-naskah tersebut.
Menurut Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) Sultra Prof. Dr. La Niampe, M.Hum bahwa naskah-naskah kuno dapat dipandang sebagai alat komunikasi yang hidup yang dapat menghubungkan antara kehidupan masa lampau dan masa sekarang serta masa yang akan datang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli sejarah, naskah-naskah Buton ditulis dalam berbagai bahasa (Arab, Melayu dan Wolio), namun ada juga yang ditulis dengan menggunakan kombinasi Arab-Melayu (Jawi) dan Arab Wolio atau dalam bahasa Buton di sebut Buri Wolio.
Para penulis atau pengarang naskah kuno ini adalah para tokoh intelektual Buton pada zamannya, diantaranya adalah, Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin Ibnu Badaruddin Al-Buthuni, Syeikh Haji Abdul Gani bin Abdullah Al-Buthuni, Abdul Khalik Maa Saadi Al-Buthuni, Haji Abdul Rahim bin Muhammad Idrus Kaimuddin Al Buthuni, La Kobu, Wa Ode Samarati dan Haji Abdul Hadi.
Selengkapnya baca ProFiles. (sultan darampa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi