SC Office : Jln.Pampang I, No.23C, Makassar - Sulawesi Selatan. Mobile : 081341640799. FB : Sulawesi Channel. Email : sulawesichannelnews@yahoo.co.id.

Rabu, 08 Februari 2012

BUTA HURUF : Jago Perencanaan


Tak ada kata terlambat bagi orang-orang yang ingin maju dan sukses dalam meraih cita-citanya. Tidak pula ada kata penyesalan atas kemunduran yang dialaminya selama ini. Prinsip inilah yang kemudian dialami seorang ibu rumah tangga, Bunga Rampe, warga Desa Bukit Timur Kecamatan Buki, Kabupaten Selayar.
     Berdasarkan data sensus social yang diperoleh, sang ibu termasuk salah satu warga yang tergolong sangat miskin dan juga buta huruf. Pada saat kegiatan sosialisasi Accsess di Desa Buki Timur, ia mulai aktif dan merasa sangat kaget ketika menerima undangan dari Kepala Desa dimana sebelumnya Bunga Rampe sama sekali tidak pernah diundang dalam pertemuan apapun di desa.
     Rassa bangga dan penasaran itulah yang kemudiaan menggerakkan hati dan perasaannya untuk melangkahkan kakinya ke tempat acara sosialisasi dilaksanakan. Kemudian rentetan kegiatan dikemudian hari juga tak pernah ketinggalan, termasuk temu warga soal peringkat kesejahteraan masyarakat (PKM). Malah ia sering bercerita, utamanya soal kreteria siapa yang kaya, sedang, miskin dan sangat miskin.
    Cerita dan argumentasi-argmentasi sang ibu itu tertuang dalam bentuk visual, atau gambar-gambar pada kertas plano. Melihat apreasitf tersebut, ada juga peserta yang cukup geli, apalagi peserta lain yang sudah “kenyang dengan bangku sekolahan”. Dengan mengandalkan pendengarannya, ia menyimak sejumlah penyampaian dan penjelasan tujuan-tujuan diadakannya kegiatan ini.
     Ia sebenarnya memang melek, tapi dia tidak mengerti jenis-jenis huruf bahasa Indonesia. Yang dia mengerti adalah bagaimana gambar-gambar tersebut, apalagi kalau gambar-gambar tersebut berkaitan dengan kesehariannya.
     Ketika diminta bagaimana menggambarkan alur kehidupannya beserta keluarganya, atau dalam bahasa programnya adalah apresiatif ingquiry, atau merumuskan mimpi dan cita-cita desa, kembali terlihat gambar lingkaran yang mengibaratkan suatu pola relasi dalam kehidupan.
    Suatu ketika, Bunga Rampe bercerita, ia datang ke Baruga Kantor Desa Buki Timur untuk ikut dalam kegiatan Pemetan Asset. Waktu itu hari masih pagi sekali ketika mendapat undangan tertulis dari pihak Kantor Desa. Untungnya si-pembawa undangan memperingatkan sambil berlalu dari depan rumahnya bahwa pertemuannya sebentar sore.
     Tapi anehnya, setelah berjalan beberapa lama dan sudah tiba di tujuan, di kantor desa. Ia mulai bingung, kenapa kantor ini sunyi senyap, tidak orang biar satupun. Ia dilanda kebingungan, malah ia berpikir jangan sampai terlalu cepat dapat. Akhirnya menunggu beberapa waktu lamanya, dan kegelisahannya tidak dapat ditahannya lagi. 
     Terpaksa mengambil inisiatif, pergi ke rumah Nur Wahidah (salah seorang KPM), untuk menanyakan kembali soal rencana (agenda rapat). Sesampai di rumah KPM, baru tersadar bahwa pertemuannya dilaksanakan di salah satu rumah KPM. Akibat salah ingat tempat kegiatan, ia  menjadi bahan tertawaan, karena ternyata undangan yang diterimanya tidak bisa dibacanya.
     “Saya juga baru tahu kalau isi undangan itu tertera alamat atau tempat pertemuan. Tapi saya tidak salahkan pak desa, atau orang yang mengundang, dan mudah-mudahan lain kali saya mendapat undangan dengan cara istimewa, tidak perlu pakai surat segala nanti bikin repot semua orang,” katanya sambil tertawa.
    Kondisi buta huraf yang disandangnya ternyata tidak dianggap kekurangannya, malah dianggap suatu kebanggaan. Alasannya, “seandainya saya tidak buta huruf, mungkin tidak pernah saya mendapatkan tempat istimewa di dalam rapat-rapat di kantor desa ini,” kata Bunga Rampe yang profesi kesehariannya seorang dukun beranak, juga berprofesi sebagai pengrajin atau pembuat keranjang bambu. (sultan darampa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi