SC Office : Jln.Pampang I, No.23C, Makassar - Sulawesi Selatan. Mobile : 081341640799. FB : Sulawesi Channel. Email : sulawesichannelnews@yahoo.co.id.

Rabu, 29 Agustus 2012

Tata Cara Pelantikan Sultan Buton (2)


   Setibanya rombongan kalawati, calon sultan keluarlah dari rumahnya (kamali) dengan memakai serba putih mulai dari surban sampai sarung dengan di apit oleh Patalimbona dengan  pedang terhunus. Tamburu  di depan dan  di belakang, terus di bunyikan.
    Sultan langsung ke masjid di tempat yang telah disediakan. Setelah itu kalawati  keluar dari masjid melaporkan kepada Bhonto Ogena oleh  Bhontona Gama (artinya) “yang mulia Bontoogena sudah dimesjid calon sultan cucumu”.
      Kemudian Bhonto Ogena memberitahu kedua Kapitalao, katanya (artinya) “yang mulia Kapitalao berdirilah bersama kakak dan adikmu”.  Serentak kedua Kapitalao dengan mengenakan tandaki dan berjalan dengan seluruh Bobato, semua memakai pedang terhunus. Kedua Kapitalao mengapit pintu masuk masjid dengan pedang terhunus.
    Ketika waktu untuk shalat Jum’at tiba, kepada imam masjid di isyaratkan  untuk memimpin Shalat Jum’at dengan Judul Khutbah “Khalakal Arwah”
     Selesai pelaksanaan shalat Jumat, maka prosesi adat,  penulisan kalimat khusus pada tulang belikat calon Sultan oleh cucu Saidi Raba di mulai. Di awali calon sultan di antar di bawah kaki mimbar dan terus duduk tahiyat awal. Setelah itu di tulis pada tulang belikatnya calon sultan (tulisan khusus), biasanya yang menulis itu cucu Saidi Raba dari Sapati Waolima, dilanjutkan pembacaan do’a dari Cucu Saidi Raba keturunan Kenepulu Tanailandu.
    Setelah prosesi adat di mesjid selesai, maka Sultan kemudian di bawah ke Bhatu Popaua(atau  batu pelantikan ) untuk pemutaran payung  yang dilakukan oleh Bhonto Pata Limbona.  Pada prosesi ini kaki kiri sultan dimasukkan kedalam lubang Batu Popau sambil menghadap ke Barat.  Diputarkan payung kebesaran sebanyak 8 putaran.  Kemudian sultan meletakkan kaki kanan ke dalam batu yang sama sambil menghadap Timur sebanyak 9 putaran oleh Bontona Peropa dengan ucapan (artinya),satu,dua, tiga, empat, lima, enam tujuh, delapan prasyarat, Sembilan langgeng dan lestari serta sepuluh dengan engkau La Ode.  Perhatian,  perhatian, perhatian, La Ode engkaulah kini yang menjadi kesepakatan kakekmu bhaluwu peropa, engkaulah yang ditampilkan yang penuh cahaya terang benderang dalam pemerintahan di tanah ini La Ode, di dalam dan di luar, batu dan kayunya dan segala apa yang ada didalam dan di luar. Jangan terbagi perhatianmu selain untuk kepentingan negeri ini,jangan engkau kerjasamakan untuk kepentingan yang tidak baik,…dst”.
     Setelah pemutaran kedua payung selesai di Batu Popau kedua Kapitalau berseru (artinya) “Sembah, sembah, sembah,  baik turunan kaomu, turunan walaka maupun turunan Papara. Siapa siapa yang tidak menyembah, datanglah didepanku ini kupotong hingga berkeping keping dengan pedang ini”.
     Kemudian hadirin pun semua somba ( menyembah ) lalu kesemua hadirin menuju bharuga termasuk semua bharata. Di Bharuga, Sultan yang baru dilantik didudukkan di atas lampa diapit dengan empat (4) buah bantal guling, muka belakang dan kanan kirinya untuk melakukan prosesi adat Tuturangi.
     Akhirnya setelah  selesai acara ini maka, selesailah rangkaian acara ritual adat Bulingiana Pau Laki Wolio (Pelantikan Sultan Buthuuni) yang  di tutup oleh Bhontona Peropa menyampaikan pada Bhonto Ogena (artinya) “yang mulia Bhontoogena selesailah ritual adatnya bhaluwu Peropa”, Bhonto Ogena menjawab (artinya) “yang muliah Sapati, selesailah prosesi adat bhaluwu Peropa, perangkat pemerintah memohon berkah”.
     Menyembahlah berturut-turut mulai dari Sapati ,Kenepulu, Kapitalao, Bontoogena dan seterusnya. (sultan darampa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi