Di bawah kaki langit, di menaranya seolahnya menyentuh
langit, terhampar kuasa Pencipta Alam semesta yang begitu elok, hijau menghitam,
dan seolah berselimut permadani. Dan sesekali halimun putih membungkus
puncak-puncak Bowonglangi’, dimana anak-anak bukitnya mengempung lembah
Lapparia seolah benteng alam yang bersiaga sepanjang abad.
Itulah gambaran
yang pas bagi Dusun Lapparia Desa Bontoriu, Kecamatan Bontocani, Kabupaten
Bone. Sebuah pedukuhan yang menyendiri sejak ratusan tahun yang silam, dimana
kedamaian dan ketenteraman warganya seolah tak terpengaruh perkembangan zaman
yang mengepungnya di belakang bukit-bukit yang mengeliling pedukuhan ini.
Seorang tetua
adat, yang juga Kepala Dusun Lapparia, Puang Caggi, ketika ditemui tim susur
gunung Forum Passikarimanggiang Anak Tombolo Pao (PATP) mengaku berterima kasih
atas kunjungan sekelompok anak-anak muda penjelajah gunung.
“Kami disini
tidak banyak tuntutan kebutuhan, selain hanya menginginkan adanya jalan tembus
menuju ke induk kecamatan (Bontoncani-Bone, Tampolo Pao–Gowa, red), agar
hasil-hasil bumi kami tidak usah lagi dipikul untuk keluar dari dusun ini,”
pintanya.
Pria yang
berusia 60 tahun lebih ini, juga selama beberapa tahun diresahkan oleh
sekelompok orang yang datang menjarah kayu-kayu di hutan adat mereka, atau di
hutan lindung pada batas Bone – Gowa. Sementara pihaknya sendiri terus menjaga
hutan tersebut, tanpa pernah menyentuhnya.
Karena bagi warga Lapparia, hutan selain
sebagai sumber kehidupannya, utamanya untuk kebutuhan rumah tangga skala sangat
kecil, hanya sekedar kayu bakar, (ranting-ranting), juga hutan baginya
merupakan sumber air, baik untuk kebutuhan keperluan sehari-hari, seperti
minum, memasak dan mandi, lebih-lebih sebagai air baku untuk irigasi persawahan
mereka.
Sementara
lahan-lahan kritis, atau lahan yang tidak memiliki ekosistem hutan, atau hanya
hutan perdu, atas izin dari Dinas kehutanan dipinjampakaikan kepada warga untuk
diolah menjadi areal produktif.
Warga Lapparia
adalah sebuah komunitas adat yang hidup secara turun temurun, dengan tetap
mempertahankan tradisi leluhur mereka, meski memang seolah terpisah dari dunia
luar. (ardi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi