SC Office : Jln.Pampang I, No.23C, Makassar - Sulawesi Selatan. Mobile : 081341640799. FB : Sulawesi Channel. Email : sulawesichannelnews@yahoo.co.id.

Selasa, 18 Juni 2013

KOMUNITAS ADAT RONGI


Sungguh wajar kalau Buton, bekas Kesultanan Al Buthuuni, dikenal sebagai negeri seribu benteng. Kali ini yang mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Buton adalah Benteng Rongi. Sebuah lingkungan benteng yang terletak di Kecamatan Kapuntori, sekitar 30 Km dari pusat Kota Baubau – Sulawesi Tenggara.
    Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten, Drs.H.Lutfhi Hasmar mengungkapkan bahwa Matana Srumba (sistem pertahanan) dulunya dibuat khusus untuk mencegah serangan dari laut, utamanya bagi bajak laut. Tetapi dalam perkembangannya, benteng ini juga berfungsi baik dalam sistem pertahanan Kesultanan Buton secara keseluruhan.
     Benteng ini memiliki panjang keliling 700 meter, tingginya antara 1,5 – 2 meter, serta tebalnya rata-rata 50 cm atau lebih. “Ada 17 KK khusus dalam benteng ini, atau 56 kepala keluarga. Warganya memang adalah keturunan para pasukan elit Kesultanan Buton,” ujarnya.
     Ia membenarkan bahwa khusus dalam benteng ini masih terjaga rumah-rumah tradisonil khas Buton, yang dapat dilihat dalam dua bentuk, yakni malige yang dulunya dikhususkan bagi para kalangan atas kesultanan, juga dengan rumah biasa yang dibangun oleh masyarakat.
    Selain kedua model rumah tersebut, benteng ini juga dilengkapi dengan baruga (balai rumpun keluarga), dimana orang-orang dulu menggunakan sebagai tempat musyawarah besar, baik yang dilakukan oleh penghuni benteng itu sendiri, maupun karena oleh Sultan Buton sendiri.
     Sebelum musyawarah untuk keluarga besar yang dilakukan di baruga ini, terlebih dahulu rumpun keluarga kecil melakukan musyawarah di galampa (koja-koja). “Dulu rata-rata satu rumpun kecil juga memiliki galampa, yang diperuntukkan untuk musyarawah khusus satu turunan, kemudian di bawahnya hasil rapat tersebut ke rapat yang lebih besar yang digelar di baruga,” jelas Lutfhi.
     Dalam baruga ini tidak melulu yang dibicarakan soal-soal pertahanan, atau soal kesultanan, tetapi masyarakat juga dapat menggunakannya, utamanya dalam penentuan hari (jadwal) yang terbaik kapan memulai menanam padi di kebun.
     “Dulu keputusan di baruga sangat dihargai, tidak boleh ada yang melanggar dari keputusan, karena ada sanksinya, diantaranya adalah diusir dari kampung,” kenang Lutfhi. Menurutnya, selain hal tersebut, juga penentuan kapan seseorang (petani) sudah pindah ke lokasi lain untuk berkebun, karena kebun lamanya tidak subur lagi.
    Jadi sistem rotasi berkebun juga dibicarakan dalam baruga. “Setelah genap tiga atau lebih tinggalkan kebun lamanya, maka sang petani bisa kembali menggarapnya karena dianggapnya sudah subur kembali. Tapi itu semua melalui keputusan di baruga atau galampa,” jelasnya.
    Ia mengaku salut atas tatanan dan system adat yang berlaku dalam masyarakat Rongi, termasuk warga yang ada dalam benteng.  Bahkan katanya perilaku dan bicaranya juga dijaga, sesuai adat yang berlaku.
   “Masyarakat adat Rongi dikenal sangat irit kalau bicara, tidak suka sembarang bicara. Malah kalau ada tamu, atau orang asing yang datang ke wilayahnya, dimana orang asing itu tidak dapat langsung bertanya ke warga, selain karena tidak dapat jawaban, juga memang ada pos yang khusus menerima tamu yang kemudian baru disalurkan ke warga yang dituju tamu tersebut,” ceritanya.
    Karakter ini dibenarkan karena memang dalam sejarah panjang komunitas ini sebagai garis perang terluar dari wilayah keamanan Kesultanan Buton. “Kalau ada yang bertanya, mereka tida diladeni, karena selain tidak dikenal orangnya, juga warga selalu memunculkan dua pertanyaan, apakah orang tamu ini lawan atau kawan,” sambungnya.
   Dengan situs benteng yang masih utuh, lengkap dengan situs pendukung lainnya sebagai bentuk pertahanan yang kokoh, termasuk penghuninya, maka Rongi harus mendapat perlindungan akan kelestariannya dari semua pihak, termasuk Pemkab Buton sendiri. (sultan darampa)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi