Makale (KBSC)
Yayasan Wahana Lestari Persada (Walda) Toraja kini mengembangkan system ekonomi penyanggah bagi masyarakat yang berdiam di kampung-kampung, yaitu koperasi serba usaha. Didalam pengembangan KSU ini, Walda mendapat bantuan pinjaman dari RaboBank, Netherland.
Sebelumnya, Walda telah mengembangkan koperasi simpan pinjam. Kegiatan perekonomian ini memfokuskan pada usaha pinjaman kepada kelompok-kelompok usaha tani, koperasi atau pun badan usaha unit desa, baik yang ada di lingkup Kabupaten Tator maupun di daerah sekitarnya, seperti Palopo.
“Keterkaitan antara KSP dan KSU, dimana keduanya adalah lembaga mitra permanen Walda. KSP menyalurkan bantuan kepada kelompok tani setelah mendapat lisensi dari KSU, dalam hal ini KSU telah melakukan pelatihan manajemen pengelolaan koptan sebelumnya, pembenahan infrastruktur perkantoran, ataupun kepastian pasar,” jelas Manajer Umum KSU Walda, Drs.Yosni Pakendek.
Pengembangan skema KSU, sesuai visi misi lembaga induknya, Yayasan Walda, yakni memastikan tujuan pasar bagi usaha-usaha ekonomi desa yang telah mendapat bantuan pendanaan dari KSP.
Tapi sebelumnya, KSU melakukan pembenahan dan peningkatan alat-alat produksi ekonomi bagi petani, bagi koptan, atau usaha milik desa lainnya. Kegiatan sudah lama dilakukan oleh Yayasan Walda, sebagai pendamping petani, pendamping usaha kecil dan beberapa kelompok pengrajin masyarakat.
Salah satu kelompok usaha kerajinan masyarakat yang nantinya mendapat support dari KSU adalah kelompok usaha briket arang. Kelompok ini tersebar di beberapa kecamatan di Tana Toraja, diantaranya Makendek, Nanggala dan Rantetayo.
Perhatian KSU terhadap kelompok ini adalah karena selain potensi manajemen kelompok yang lebih baik, juga dari jenis usaha yang dikembangkan.
Jenis usaha ini, selain karena memang kebutuhan alternative pengganti minyak tanah bagi konsumen rumah tangga, juga karena bahan bakunya dari buah pinus yang berserakan di halaman rumah warga.
Pembuatan briket arang dari buah pinus, yang umum selama ini, adalah arang briket dari sampah anorganik, bambu, dari arang atau serbuk kayu. Lain di Toraja, masyarakat pengrajin briket, justru mengandalkan limbah buah pinus yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan sebagai bahan baku utama briket.
Untuk memperluas jaringan pasar dan permodalan kelompok pengrajin briket ini, maka KSU akan memberi bantuan pengembangan. “Kami terus berupaya membantu pengembangan usaha kerajinan briket arang dari buah pinus ini,” kata Yosni, seraya menambahkan bahwa dengan pemanfaatan buah pinus, secara langsung berkontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam, utamanya ekosistem hutan pinus di Toraja, secara lestari dan berkesinambungan. (sultan darampa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi