Luwu Utara adalah negeri peninggalan Sawerigading yang kaya akan potensi alam. Utamanya ekosistem hutan primer, dan agricultrue, seperti alvokat, ataupun jenis padi-padian.
Diantara desa-desa dan pedukuhan yang sejuk itu, terdapat sebuah perkampungan yang paling ujung dari Kecamatan Limbong, yakni Salu Rante, yang artinya kampung yang terkepung sungai.
Mencapai Salu Rante, membutuhkan waktu tempuh sekitar 6 hingga 8 jam dari Sabbang atau Masamba, ibukota Kabupaten Luwu Utara.
Gunung,… bukit dan lembah mengapit kirin-kanan. Jalan berbatu dan berliku, adalah pemandangan yang tak lazim ketika melewati sejumlah perkampungan menuju Rongkong.
Setelah terantuk-antuk di atas motor selama 8 jam lebih dengan mengambil star di Masamba, Ibukota Kabupaten Luwu Utara – Sulawesi Selatan, tibalah rombongan di ibukota kecamatan Limbong.
Kelompok-kelompok rumah terlihat seperti korek api dari bukit yang mengampit lembah hijau ini. Tempat terindah menikmati pemandangan sambil melepas penat.
Perjalanan pun kami lanjutkan,…
Satu jam kemudian, akhirnya kami tiba di kampung Salu Rante. Pedukuhan yang eksekotik dan menawan.
Bukit di belakang, depan dan samping kanan lembah adalah dinding alam yang lestari sepanjang masa. Bukit itu dinamai Paramiang, yang artinya sumber air.
Disamping kanan, sungai Rongkong mengalir deras diantara batu-batu cadas dan tebing-tebing batu alam.
Esok paginya, setelah semalam tertidur pulas….
Seperti biasanya, penduduk Salu Rante memulai aktivitasnya, ada yang pergi ke sawah, ke hutan, atau pun ke kota untuk belanja kebutuhan sehari-hari, dan anak-anak pun ke sekolah dengan jalan kaki.
Saat ini, warga Salu Rante siap-siap panen. Padi mulai menguning, pertanda musim panen segera tiba.
Pedukuhan yang dihuni 30 kepala keluarga ini menempati lembah salu rante dengan luas 25 hektar, dengan 26 buah rumah, 1 tempat ibadah, dan 50 buah lumbung padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ini adalah bagian dari upaya transformasi informasi